Problematika Kurikulum 2013
Semakin
bertambahnya umur negara ini, berbagai upaya telah dilakukan untuk membenahi
segala bidang di negara ini, tak terkecuali di bidang pendidikan. Tentu hal ini
dilakukan untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia yang lebih
rendah dibandingkan negara tetangga yang lain. Oleh karena itu, di tahun 2013
ini, pemerintah Indonesia menetapkan kurikulum baru, yaitu kurikulum 2013. Kurikulum
ini merupakan terobosan baru sebagai pengganti kurikulum sebelumnya, KTSP.
Persiapan
untuk merubah KTSP ke kurikulum 2013 tentu bukan hanya memakan waktu, tetapi
juga memakan financial yang tidak
sedikit jumlahnya. Tidak tanggung-tanggung, dana yang dibutuhkan untuk
mempersiapkan kurikulum ini mencapai Rp 2,4 triliun. Tidak hanya itu,
sosialisasi dan pelatihan guru pun dilaksanakan untuk menyukseskan kurikulum ini.
Ada berbagai
alasan perubahan KTSP menjadi kurikulum 2013. Diantaranya adalah karena KTSP tidak
menunjukkan perkembangan yang signifikan terhadap kemampuan siswa di Indonesia.
Selain itu, KTSP juga dianggap memberatkan siswa. Oleh karena itu, di kurikulum
2013 ini, beberapa mata pelajaran dikurangi. Walaupun beberapa pelajaran yang
dikurangi tersebut masih bisa kita
temukan dipelajaran lainnya.
Kurikulum
2013 adalah kurikulum yang menekankan siswa untuk lebih aktif dalam proses
belajar mengajar. Siswa dituntut untuk lebih aktif dalam bertanya, menyajikan,
serta menyimpulkan. Kurikulum ini juga menekankan pembangunan karakter siswa
yang positif, sehingga generasi penerus bangsa memiliki jati diri bangsa yang
berkualitas. Selain itu, kurikulum ini tidak memberatkan guru untuk banyak
menerangkan di depan kelas dan menyiapkan materi.
Perubahan ini
tentu tak lepas dari pro-kontra yang ada. Ada yang beranggapan bahwa kurikulum
ini sangat baik dan ada juga yang beranggapan bahwa kurikulum ini perlu disempurnakan
kembali. Syamsiah, salah seorang guru bahasa Inggris di SMKN 2 Batam
beranggapan bahwa kurikulum ini mungkin dapat berjalan lancar jika semua siswa
mau aktif di kelas. Namun, dalam kenyataannya masih banyak siswa yang malas dan
tidak mau turut aktif di kelas. Belum adanya buku bos dari pemerintah juga
turut menghambat proses belajar mengajar.
Banyak siswa
yang beranggapan bahwa cukup sulit untuk menyesuaikan diri dalam kurikulum ini.
Untuk siswa yang terbiasa aktif di kelas, mungkin akan lebih mudah untuk
menjalaninya, tetapi untuk siswa yang biasanya pasif di kelas akan merasa
kesulitan karena mereka lebih dituntut untuk lebih aktif dalam bertanya maupun
menanggapi ketika proses belajar mengajar berlangsung. Guru juga tidak terlalu
banyak dalam memberikan materi, sehingga mereka harus bisa memahami materi
tersebut sendiri. Ada juga yang beranggapan bahwa kurikulum ini masih belum
siap untuk dilaksanakan karena belum memiliki kesiapan yang cukup, seperti buku
bos yang belum memadai maupun kesiapan dari siswa itu sendiri. Sebaliknya,
beberapa siswa yang lain beranggapan bahwa kurikulum ini sangat baik karena
dapat melatih siswa untuk lebih aktif di kelas dan menumbuhkan sikap cinta
tanah air pada siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar